KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya makalah ini dengan
judul “MEKANISME PENYESUAIAN DIRI”.
Makalah ini disusun
sederhana mungkin agar lebih mudah dipahami. Penulis mengharapkan semoga
makalah ini dapat memberi manfaat dan pengetahuan tentang mekanisme penyesuaian
diri. Selain itu makalah ini juga sebagai syarat tugas dari mata kuliah
PSIKOLOGI.
Mudah-mudahan dengan
adanya makalah ini, dapat memberi manfaat kepada para pembaca sebagai dasar
untuk lebih memudahkan dalam mempelajari psikologi lebih lanjut. Kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini sehingga dapat
terselesaikan dengan mudah karena dukungan dan doa yangg telah diberikan,
penyusun mengucapkan banyak terima kasih. Segalah saran untuk penyempurnaan
makalah ini sangat diharapkan dan dengan ini diucapkan banyak terima kasih.
Wassalam.
PENULIS
DAFTAR ISI
I SAMPUL
II KATA
PENGANTAR
III DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyesuaian
Diri
B. Proses Penyesuaian
Diri
C. Karakteristik Penyesuaian
Diri
D. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
E. Permasalahan-permasalahan
Penyesuaian Diri
F. Implikasi Proses
Penyesuaian Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
BABA IV DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu
terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan
diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat di sekolah dan di luar sekolah
ia memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap.
Dengan pengalaman-pengalaman itu ia secara berkesinambungan dibentuk menjadi
seorang pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan menjadi seorang
pribadi tertentu di masa mendatang.
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu
menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan
emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana
kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah.
Sejak lahir sampai meninggal seorang individu
merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas yang
berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya
dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai
anggota kelompoknya. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu ciri
pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki kemampuan untuk
mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungannya. Untuk lebih jelasnya marilah kita tinjau secara lebih
rinci pengertian dan proses penyesuaian diri, karakteristik penyesuaian
diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari penyesuain
diri itu?
2. Apa teori dari penyesuain
diri?
3. Bagaimana proses
penyesuaian diri?
4. Apa saja karakteristik
penyesuaian diri?
5. Apa saja faktor yang
mempengaruhi proses penyesuaian diri?
6. Apa saja permasalahan
penyesuaian diri remaja?
7. Bagaimana implikasi proses
penyesuaian remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah
ini adalah :
1. Pengertian penyesuaian
diri,
2. Teori penyesuaian diri,
3. Proses penyesuaian diri,
4. Karakter penyesuaian diri
secara positif,
5. Karakter penyesuaian diri
yang salah,
6. Faktor yang
mempengarui proses penyesuaian diri,
7. Contoh permasalahan –
permasalahan penyesuaian diri remaja, dan
8. Implikasi penyesuaian
diri remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Penyesuaian
Diri
Penyesuaian diri dapat diartikan atau dideskripsikan
sebagai berikut :
Penyesuaian berarti adaptasi: dapat mempertahankan
eksistensinya, atau bisa “survive” dan memperbolehkan kesejahteraan
jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan
tuntutan.
Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai
konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan,yaitu
memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon- respon
sedemikian rupa, sehingga bisa mrngatasi segala macam konflik, kesulitan, dan
frustrasi-frustrasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi
realitas hidup dengan cara yang adekuat/ memenuhi syarat.
Penyesuaian dapat diartikan penguasa dan kematangan
emosional yang tepat pada setiap situasi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian
adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada
lingkunganya.
2.
Teori
Menurut
Kartono (2000), penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni
pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan,
depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan
kurang efisien bisa dikikis. Hariyadi, dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri
adalah kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri.
Ali
dan Asrori (2005) juga menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai
suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan
individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal,
ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan
antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau
lingkungan tempat individu berada.
Sebelumnya
Scheneiders (dalam Yusuf, 2004), juga menjelaskan penyesuaian diri sebagai
suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik
secara sukses serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan
dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup.
Hurlock
(dalam Gunarsa, 2003) memberikan perumusan tentang penyesuaian diri secara
lebih umum, yaitu bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang
lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap
serta tingkah laku yang menyenangkan berarti ia diterima oleh kelompok atau
lingkungannya. Dengan perkataan lain, orang itu mampu menyesuaikan sendiri
dengan baik terhadap lingkungannya.
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah proses
mengubah diri sesuai dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup
agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan,
frustasi dan konflik sehingga tercapainya keharmonisan pada diri sendiri serta
lingkungannya dan akhirnya dapat diterima oleh kelompok dan lingkungannya.
Seseorang
dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal, yang baik, apabila dia
mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan
diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai dengan norma agama. Penyesuaian
yang normal ini memiliki karakteristik sebagai berikut (Schneiders, 1964:
2740276)
1. Absence of excessive
emotionality (terhindar
dari ekspresi emosi yang berlebihan, merugikan, tidak mampu mengontrol diri)
2. Absence of psychological
mechanisme (terhindar
dari mekanisme-mekanisme psikologis, seperti rasionalisasi, agresi, kompensasi,
dsb)
3. Absence of the sense of
personal frustration (terhindar dari perasaan frustasi atau kecewa
karena tidak terpenuhinya kebutuhannya)
4. Rational deliberation and self-direction (memiliki
pertimbangan rasional, yaitu mampu memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan
yang matang dan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil)
5. Ability to learn (mampu belajar, mampu mengembangkan
dirinya dalam upaya memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah)
6. Utilization of past experience (mampu memanfaatkan pengalaman masa
lalu, bercermin ke masa lalu baik yang terkait dengan keberhasilan maupun
kegagalan untuk mengembangkan kualitas hidup yang lebih baik)
7. Realistic, objective attitude (mampu menerima kenyataan yang
dihadapi secara wajar, mampu menghindari, merespon situasi atau masalah secara
rasional, tidak didasari oleh prasangka buruk)
3. Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu
mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan.
Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang sempurna tidak pernah tercapai.
Penyesuaian yang sempurna terjadi jika manusia/individu selalu dalam keadaan
seimbang antara dirinya dengan lingkungannya di mana tidak ada lagi kebutuhan
yang tidak terpenuhi, dan di mana semua fungsi organisme/individu berjalan
normal.
Sekali lagi, bahwa penyesuaian yang sempuna seperti
itu tidak pernah dapat dicapai. Karena itu penyesuaian diri lebih bersifat
suatu proses sepanjang hayat (lifelong process), dan manusia terus-menerus
berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai
pribadi yang sehat.
Respon penyesuaian, baik atau buruk, secara
sederhana dapat dipandang sebagai upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi
ketegangan dan memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar.
Penyesuaian adalah suatu proses kearah hubungan yang harmonis antara tuntutan
internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja
muncul konflik, tekanan, dan frustasi, dan individu didorong meneliti berbagai
kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Apakah seseorang berhadapan dengan penyesuaian
sehari-hari yang sederhana, atau suatu penyesuaian yang rumit, terdapat suatu
pola dasar yang terdiri dari elemen-elemen tertentu. Contoh: seorang anak yang
membutuhkan rasa kasih sayang dari ibunya yang terlalu sibuk dengan tugas-tugas
lain. Anak akan frustasi dan berusaha sendiri menemukan pemecahan untuk mereduksi
ketegangan/kebutuhan yang belum terpenuhi. Dia mungkin mencari kasih sayang
dimana-mana, atau mengisap jarinya, atau bahkan tidak berupaya sama sekali,
atau makan secara berlebihan, sebagai respon pengganti bila kebutuhan-kebutuhan
tidak terpenuhi secara wajar.
Dalam beberapa hal, respon pengganti tidak tersedia,
sehingga individu mencari suatu respon lain yang akan memuaskan motivasi dan
mereduksi ketegangan.
Individu dikatakan berhasil dalam melakukan
penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang
wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau
mengganggu lingkungannya.
4. Karasteristik Penyesuaian
Diri
Tidak selamnya individu berhasil dalam melakukan
penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang
menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu
mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin di luar dirinya. Dalam hubungannya
dengan rintangan-rintangan tersebut ada individu-individu yang dapat melakukan
penyesuaian diri secara positif, namun ada pula individu-individu yang
melakukan penyesuaian diri yang salah. Berikut ini akan ditinjau karakteristik
penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.
a.
Penyesuaian
Diri Secara Positif
Mereka tergolong mampu melakukan penyesuaian diri
secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut:
-
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional.
-
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
-
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi.
-
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
-
Mampu
dalam belajar.
-
Menghargai
pengalaman.
-
Bersikap
realistik dan objektif.
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif,
individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:
-
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung.
-
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan).
-
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba.
-
Penyesuaian
dengan substitusi (mencari pengganti).
-
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri.
-
Penyesuaian
dengan belajar.
-
Penyesuaian
dengan inhibisi dan pengendalian diri.
-
Penyesuaian
dengan perencanaan yang cermat.
b.
Penyesuain
Diri yang Salah
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara
positif, dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian yang salah.
Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang
serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan
sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu: (i)
reaksi bertahan, (ii) reaksi menyerang, dan (iii) reaksi melarikan diri.
Reaksi Bertahan (Defence Reaction)
Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya,
seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Ia selalu berusaha untuk menunjukkan
bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
-
Rasionalisasi
-
Represi
-
Proyeksi
-
“Sour
Grapes”
-
Dll
Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction)
Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah
menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya.
Ia tidak mau menyadari kegagalannya. Reaksi-reaksinya tampak dalam tingkah
laku:
-
Selalu
membenarkan diri sendiri
-
Mau
berkuasa dalam setiap situasi
-
Mau
memiliki segalanya
-
Bersikap
senang mengganggu orang lain
-
Menggertak
baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan
-
Menunjukkan
sikap permusuhan secara terbuka
-
Menunjukkan
sikap menyerang dan merusak
-
Keras
kepala dalam perbuatannya
-
Bersikap
balas dendam
-
Memperkosa
hak orang lain
-
Tindakan
yang serampangan dan
-
Marah
secara sadis
Reaksi melarikan diri ( Escape Reaction )
Dalam reaksi ini orang mempunyai penyesuaian diri
yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalan,
reaksinya tampak dalam tingkah laku sebagai berikut: berfantasi yaitu memasukan
keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan (seolah-olah sudah
tercapai}, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu
ganja, narkotika, dan regresi yaitu kembali kepada awal (misal orang dewasa
yang bersikap dan berwatak saperti anak kecil) dan lain-lain.
5. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Proses penyesuaian Diri
Secara keseluruhan kepribadian mempunyai fungsi
sebagai penentu primer terhadap penyesuaian diri. Penentu berarti faktor yang
mendukung, mempengaruhi, atau menimbulkan efek pada proses penyesuaian. Secara
sekunder proses penyesuaian ditentukan oleh faktor-faktor yang menentukan
kepribadian itu sendiri baik internal maupun eksternal. Penentu penyesuaian
identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan terbentuknya
pribadi secara bartahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
Kondisi Jasmaniah
Kondisi jasmaniah seperti pembawaan dan
struktur/konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan,
aspek perkembangannya secara instrinsik bekaitan erat dengan susunan/konstitusi
tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara
tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe temperamen (Moh. Surya, 1977).
Misalnya orang yang tergolong ektomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya
rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktifitas sosial,
pemalu, dan sebagainya.
Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer
bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa system saraf, kelenjar, dan
otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan dalam system saraf, kelenjar,
dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan
kepribadian.
Dengan demikian, kondisi sistem-sistem tubuh yang
baik merupakan syarat bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik.
Perkembangan, Kematangan dan Penyesuaian Diri
Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang
dari respon yang bersifat instinktif menjadi respon yang diperoleh melalui
belajar dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia perubahan dan perkembangan
respon, tidak hanya melalui proses belajar saja melainkan anak juga menjadi
matang untuk melakukan respon dan ini menentukan pola-pola penyesuaian dirinya.
Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan
yang dicapai berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya, sehingga
pencapaian pola-pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara individual.
Dengan kata lain, pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Disamping itu, hubungan
antara penyesuaian dengan perkembangan dapat berbeda menurut jenis aspek
perkembangan yang dicapai. Kondisi-kondisi perkembangan mempengaruhi setiap
aspek kepribadian seperti: emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual.
Penentu Psikologis terhadap Penyesuaian diri
Banyak sekali faktor psikologis yang mempengaruhi
penyesuaian diri, diantaranya adalah:
Pengalaman
Tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi
penyesuaian diri. Pengalaman-pengalaman tertentu yang mempunyai arti dalam
penyesuaian diri adalah pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman traumatic
(menyusahkan).
Belajar
Proses belajar merupakan suatu dasar yang
fundamental dalam proses penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan
berkembang pola-pola respon yang akan membentuk kepribadian.
Penentu Psikologis terhadap Penyesuaian diri
Dalam proses penyesuaian diri, disamping ditentukan
oleh faktor-faktor tersebut diatas, orangnya itu sendiri menentukan dirinya,
terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai sesuatu yang baik atau
buruk, untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi, dan atau merusak diri.
Faktor-faktor itulah yang disebut determinasi diri.
Konflik dan penyesuaian
Ada beberapa pandangan bahwa semua konflik bersifat
mengganggu atau merugikan. Sebenarnya, beberapa konflik dapat bermanfaat
memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan.
6. Lingkungan sebagai
Penentu Penyesuaian Diri
Berbagai lingkungan anak seperti keluaga dan pola
hubungan didalamnya, sekolah, masyarakat, kultur dan agama berpengaruh terhadap
penyesuaian diri anak.
-
Pengaruh
rumah dan keluarga.
Dari sekian banyak faktor yang mengondisikan
penyesuaian diri, faktor rumah dan keluarga merupakan faktor yang sangat
penting, karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil. Interaksi
sosial yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan
interaksi sosial ini kemudian akan dikembangkan di masyarakat.
-
Hubungan
Orang Tua dan Anak
Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan
mempunyai pengaruh terhadap proses penyesuaian diri anak –anak. Beberapa pola
hubungan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri antara lain :
·
Menerima
(acceptance)
·
Menghukum
dan disiplin yang berlebihan
·
Memanjakan
dan melindungi anak secara berlebihan
·
Penolakan
-
Hubungan
saudara
Suasana hubungan saudara yang penuh persahabatan,
kooperatif, saling menghormati, penuh kasih sayang, mempunyai kemungkinan yang
lebih besar untuk tercapainya penyesuaian yang lebih baik. Sebaliknya suasana
permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan
kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
-
Masyarakat
Keadaan lingkungan masyarakat dimana individu berada
merupakan kondisi yang menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri.
Kondisi studi menunjukkan bahwa banyak gejala tingkah laku salah bersumber dari
keadaan masyarakat. Pergaulan yang salah di kalangan remaja dapat mempengaruhi
pola-pola penyesuaian dirinya.
-
Sekolah
Sekolah mempunyai peranan sebagai media untuk
mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan moral para siswa. Suasana di
sekolah baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan pola penyesuaian
diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak disekolah akan
merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.
-
Kultural
dan Agama Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Lingkungan kultural dimana individu berada dan
berinteraksi akan menentukan pola-pola penyesuaian dirinya. Contohnya tatacara
kehidupan di sekolah, masjid, gereja, dan semacamnya akan mempengaruhi
bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya.
Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam
mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya. Agama juga memberikan
suasana damai dan tenang bagi anak. Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan
dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan, dan
kestabilan hidup umat manusia. Agama memegang peranan penting sebagai penentu
dalam proses penyesuaian diri.
7. Permasalahan –
Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
Diantara persoalan terpentingnya yang dihadapi
remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang menghambat penyesuaian diri yang
sehat adalah hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua. Tingkat
penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua
dan suasana psikologi dan sosial dalam keluarga.
Contoh: sikap orang tua yang menolak. Penolakan
orang tua terhadap anaknya dapat dibagi menjadi dua
macam. Pertama, penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak
awal, dimana orang tua merasa tidak sayang kepada anaknya, karena berbagai
sebab, mereka tidak menghendaki kelahirannya. Menurut Boldwyn: “Bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukkan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan, kekejaman tanpa alasan nyata.” Jenis kedua,
dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan anak.
Penyesuaian diri remaja dengan kehidupan di sekolah.
Permasalahan penyesuaian diri di sekolah mungkin akan timbul ketika remaja
mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan pertama maupun
sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami permasalahan penyesuaian diri
dengan guru-guru, teman, dan mata pelajaran. Sebagai akibat antara lain adalah
belajar menjadi menurun dibanding dengan prestasi di sekolah sebelumnya.
Permasalahan lain yang mungkin timbul adalah
penyesuaian diri yang berkaitan dengan belajar yang baik. Bagi siswa yang baru
masuk sekolah lanjutan mungkin mengalami kesulitan dalam membagi waktu belajar,
yakni adanya pertentangan antara belajar dan keinginan untuk ikut aktif dalam
kegiatan sosial, kegiatan ekstrakulikuler, dan sebagainya.
8. Implikasi Proses
Penyesuaian Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran
juga fungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam kaitannya dengan pendidikan
ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu
sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah.
Oleh karena itulah disetiap sekolah lanjutan
ditunjuk wali kelas yaitu guru-guru yang akan membantu anak didik jika mereka
menghadapi kesulitan dalam pelajarannya dan guru-guru bimbingan dan penyuluhan
untuk membantu anak didik yang mempunyai masalah pribadi,dan masalah
penyesuaian diri baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap tuntutan
sekolah.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar
proses penyesuaian diri remaja khususnya di sekolah adalah:
-
Menciptakan
situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “betah” (at home) bagi anak didik,
baik secara sosial, fisik maupun akademis.
-
Menciptakan
suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
-
Usaha
memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh
aspek pribadinya.
-
Menggunakan
metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
-
Menggunakan
prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
Karena di sekolah guru merupakan figure pendidik
yang penting dan besar pengaruhnya terhadap penyesuaian siswa-siswanya, maka
dituntut sifat-sifat guru yang efektif, yakni sebagai berikut (Ryans dalam
Garrison, 1956).
-
Memberi
kesempatan (alert), tampak antusias dan berminat dalam aktivitas siswa dan
kelas.
-
Ramah
(cheerful) dan optimistis.
-
Mampu
mengontrol diri, tidak mudah kacau (terganggu), dan teratur tindakannya.
-
Senang
kelakar, mempunyai rasa humor.
-
Mengetahui
dan mengakui kesalahan-kesalahannya sendiri.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu
menyesuaikan diri, maka penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan
dan perkembangan memerlukan proses yamg cukup unik. Penyesuaian diri dapat
diartikan adaptasi, konformitas, penguasaan, dan kematangan emosional. Proses
penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian keharmonisan antara faktor
internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan
berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan
diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang
proses penyesuaian yang baik atau salah. Selain faktor lingkungan, faktor
psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga mempengaruhi proses
penyesuaian diri.
Permasalahn-permasalahan penyesuaian diri yang
dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti
keretakan keluarga. Selain itu permasalahan-permasalahan penyesuaian akan
muncul bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal.
Lingkungan sekolah juga mempunyai pengaruh yang
besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain megemban fungsi
pengajaran juga fungsi pendidikan. Di sekolah, guru hendaknya dapat bersikap
yang lebih efektif, seperti adil, jujur, menyenangkan dan sebagainya sehingga
siswanya akan merasa senang dan aman bersamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto, H. & Hartono,
Agung.1998. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rineka Cipta.
TUGAS KELOMPOK II
PSIKOLOGI
PSIKOLOGI
MEKANISME PENYESUAIAN DIRI
KELOMPOK II:
Ø MULIYANA
Ø NURUL ILMIAH
Ø RUTH SAHANAYA
Ø NURHIKMA
Ø BAIT IKA APRIANI
Ø RIZAL
AKPER
KHARISMA GOWA RAYA
2014
2014
No comments:
Post a Comment