BAB I
PENDAHULUAN
A. TINJAUAN TEORI
Mekanika adalah salah satu cabang ilmu
dari bidang ilmu fisika yang mempelajari gerakan dan perubahan bentuk suatu
materi yang diakibatkan oleh gangguan mekanik yang disebut gaya. Mekanika
adalah cabang ilmu yang tertua dari semua cabang ilmu dalam fisika. Tersebutlah
nama-nama seperti Archimides (287-212 SM), Galileo Galilei (1564-1642), dan
Issac Newton (1642-1727) yang merupakan peletak dasar bidang ilmu ini. Galileo
adalah peletak dasar analisa dan eksperimen dalam ilmu dinamika. Sedangkan
Newton merangkum gejala-gejala dalam dinamika dalam hukum-hukum gerak dan
gravitasi.
Mekanika teknik
atau disebut juga denagn mekanika terapan adalah ilmu yang mempelajari
peneraapan dari prinsip-prinpsip mekanika. Mekanika terapan mempelajari
analisis dan disain dari sistem mekanik. Biomekanika didefinisikan sebagai
bidang ilmu aplikasi mekanika pada system biologi. Biomekanika merupakan
kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan
fisiologi. Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk
hidup. Dalam biomekanika prinsip-prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan
konsep, analisis, disain dan pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi
dan kedoteran.
Pada dasarnya
biomekanika adalah cabang ilmu yang relatif baru dan sedang berkembang secara
dinamis. Akan tetapi sebenarnya bidang ilmu sudah eksis sejak abad ke lima
belas masehi ketika Leonardo Da Vinci (1452-1519) membuat catatan akan
siginikansi mekanika dalam penelitian-penelitian biologi yang dia lakukan.
Kontribusi dari para peneliti dalam bidang ilmu biologi, kedokteran, ilmu-ilmu
dasar, dan teknik mewarnai perkembangan biomekanika akhir-akhir ini.
Biomekanik adalah ilmu tentang
gerak makhluk hidup dengan menggunakan ilmu mekanika (Hatze, 1974). Ilmu
mekanika merupakan cabang dari fisika yang mempelajari deskripsi dari gerakan
dan bagaimana suatu gaya dapat menimbulkan gerakan.
Biomekanika
adalah disiplin sumber ilmu yang mengintegrasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi gerakan manusia, yang diambil dari pengetahuan dasar fisika,
matematika, kimia, fisiologi, anatomi dan konsep rekayasa untuk menganalisa
gaya yang terjadi pada tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penerapan Biomekanika dalam lingkup kesehatan
·
Didalam fisika Keperawatan
membahas 2 bidang :
1. Bidangkedokteran
2. BidangFisika
Fisika Kedokteran
berperan dalam bidang :
1. Untuk menentukan fungsi tubuh yg meliputi kesehatan dan penyakit yang dikenal dengan faal fisika.
2. Meliputi pengetahuan tentang benda atau alat yg dipergunakan dalam keperawatan seperti, alat ultrasonik, laser, radiasi.
1. Untuk menentukan fungsi tubuh yg meliputi kesehatan dan penyakit yang dikenal dengan faal fisika.
2. Meliputi pengetahuan tentang benda atau alat yg dipergunakan dalam keperawatan seperti, alat ultrasonik, laser, radiasi.
·
Satuan internasional :
Arus listrik : Ampere (A)
Temperatur : Kelvin (K (0 C = 273 K) & (100 C = 373 K))
Intensitas cahaya : Candela (Cd)
Jumlah zat : mole (mole)
Arus listrik : Ampere (A)
Temperatur : Kelvin (K (0 C = 273 K) & (100 C = 373 K))
Intensitas cahaya : Candela (Cd)
Jumlah zat : mole (mole)
·
Gaya Pada Tubuh :
Tubuh dikatakan seimbang bila gaya dan momen gaya yang ada sama dengan nol.
Sistem tulang dan otot berfungsi sebagai pengumpil.
Ada tiga kelas pengumpil :
1. Klas I : GB----------TT----------OTOT
2. Klas II : TT----------GB----------OTOT
3. Klas III : TT----------OTOT---------GB
Tubuh dikatakan seimbang bila gaya dan momen gaya yang ada sama dengan nol.
Sistem tulang dan otot berfungsi sebagai pengumpil.
Ada tiga kelas pengumpil :
1. Klas I : GB----------TT----------OTOT
2. Klas II : TT----------GB----------OTOT
3. Klas III : TT----------OTOT---------GB
·
Keseimbangan.
a. Keseimbangan Stabil
1. Pusat gravitasi naik jika diberi gaya
2. Muncul gaya pemulih
3. Tenaga potensial bertambah
b. Keseimbangan Labil
1. Pusat gravitasi turun jika diberi gaya
2. Posisi benda akan mengalami perubahan
3. tenaga potensial berkurang
c. Keseimbangan Normal
1. Pusat gravitasi tidak berubah jika diberi gaya
2. Tenaga potensial bertambah
a. Keseimbangan Stabil
1. Pusat gravitasi naik jika diberi gaya
2. Muncul gaya pemulih
3. Tenaga potensial bertambah
b. Keseimbangan Labil
1. Pusat gravitasi turun jika diberi gaya
2. Posisi benda akan mengalami perubahan
3. tenaga potensial berkurang
c. Keseimbangan Normal
1. Pusat gravitasi tidak berubah jika diberi gaya
2. Tenaga potensial bertambah
·
Alat kesehatan
Opthalmoskop : Untuik mengetahui kondus oculi
Retinoscop : Untuk menentukan retina lensa
Keratometer : Untuk mengukur kelengkungan kornea
Tonometer : Untuk mengukur tekanan okuler spt. Px glaucoma (std. 12-23 mmhg)
Lensometer : Untuk melihat lensa mata
Sitometer : Untuk mengukur tek Kandung kencing (std 30 cm H2O
Opthalmoskop : Untuik mengetahui kondus oculi
Retinoscop : Untuk menentukan retina lensa
Keratometer : Untuk mengukur kelengkungan kornea
Tonometer : Untuk mengukur tekanan okuler spt. Px glaucoma (std. 12-23 mmhg)
Lensometer : Untuk melihat lensa mata
Sitometer : Untuk mengukur tek Kandung kencing (std 30 cm H2O
·
Bio optic
Kelainan Refraksi Mata :
1. Mata Miopia ( Rabun Jauh / - )
Miopia adalah suatu kelaiann refraksi dimana sinar sejajar yg datang dari jarak jauh, oleh mata dalam kondisi normal (Rileks akomodasi) dibiaskan di depan retina. Lensa mata miopia bersipat cembung sehingga memerlukan lensa mata Minus untuk meggeser agar bayangan benda tepat jatuh diretina.
Penyebab :
-
Bersifat aksial yaitu
sumbu bola mata terlalu panjang
-
Bersifat refraktif
karena lengkung lensa dan kornea mata lebih cembung dari pada normal.
2.
Mata
hypermetropi ( Rabun Dekat / + )
Mata hypermetropi adalah suatu kelainan refraksi
sinar sejajar yg datang dari
jarak jauh tak terhingga oleh mata dalam keadaan
normal (Rileks akomodasi) dibiaskan dibelakang retina. Lensa mata hypermetropi
bersifat negatif, sehingga diperlukan lensa berkekuatan positif (plus) untuk
memajukan agar letak bayangan tepat jatuh di retina.
Penyebab :
-
Bersifat aksial yaitu
sumbu bola mata terlalu pendek
-
Bersifat refraktif
karena lengkung kornea kurang atau karena
lensa mata terlalu
tipis.
-
Atau kelainan pada
corpus vitreum spt pada penderita Diabet.
3.
Mata
Astigmatisma ( Cylinder )
Kelaian Astigmatisma ialah Sinar-sinar sejajar yg datang dari jarak jauh, oleh mata dalam keadaan tanpa akomodasi, dibiaskan tidak pada satu titik fokus, melainkan pada beberapa titik fokus yg membentuk suatu garis. Ukuran / bobot pembiasan pada tiap-tiap meridian tidaklah sama. Biasanya terdapat 2 bidang utama yg mana kekuatan bias pada satu bidang lebih besar dari bidang yg lainnya. Dan kedua bidang tersebut saling tegak lurus.
Astigmatisma terbagi atas dua bagian :
a. Astigmatisma beraturan / lazim (Reguler)
b. Astigmatisma tidak beraturan / (Irreguler)
Tanda tanda astigmatisma sbb :
• Mata sering lelah, pusing
• Penglihatan tidak tajam, kurang fokus
• Benda tampak seperti dobel-dobel, dll
• Objek bulat tampak benjol, garis lurus tampak agak bengkok, dll
Kelaian Astigmatisma ialah Sinar-sinar sejajar yg datang dari jarak jauh, oleh mata dalam keadaan tanpa akomodasi, dibiaskan tidak pada satu titik fokus, melainkan pada beberapa titik fokus yg membentuk suatu garis. Ukuran / bobot pembiasan pada tiap-tiap meridian tidaklah sama. Biasanya terdapat 2 bidang utama yg mana kekuatan bias pada satu bidang lebih besar dari bidang yg lainnya. Dan kedua bidang tersebut saling tegak lurus.
Astigmatisma terbagi atas dua bagian :
a. Astigmatisma beraturan / lazim (Reguler)
b. Astigmatisma tidak beraturan / (Irreguler)
Tanda tanda astigmatisma sbb :
• Mata sering lelah, pusing
• Penglihatan tidak tajam, kurang fokus
• Benda tampak seperti dobel-dobel, dll
• Objek bulat tampak benjol, garis lurus tampak agak bengkok, dll
4.
Presbiopia
(Rabun mata tua / + )
Adalah gangguan penglihatan dekat karena faktor usia melewati usia 40 tahun.
Perkiraan uk. Lensa baca menurut umur adalah sbb :
+ 100 = 40 th.
+ 150 = 45 th
+ 200 = 50 th
+ 250 = 55 th
+ 300 > 60 th.
Jenis-jenis mata :
• Mata normal (mata emetropi) yaitu memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh tak terhingga.
• Mata rabun jauh (miopi) disebut juga mata terang dekat, memiliki titik dekat kurang dari 25 cm (< 25 cm) dan titik jauhnya pada jarak tak terhingga.
• Mata hypermetripi ( Rabun dekat )
• Mata tua (presbiopi), letak titik dekat maupun titik jauh telah bergeser, titik dekatnya lebih dari 25 cm dan titik jauhnya hanya berada pada jarak tertentu.
• Astigmatisma disebabkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk sferis, tapi lebih melengkung pada satu sisi daripada sisi yang lain, dapat ditolong dengan kaca mata berlensa silindris. Mata campuran ini mengalami presbiopi dan miopi dapat ditolong dengan kaca mata berlensa rangkap atau bifocal (negatif diatas dan positif dibawah)
Peralatan yang digunakan untuk memeriksa cacat mata adalah dengan menggunakan opthalmoskop, retinoskop, keratometer, tonometer dari schiotz, rupilometer dan lensometer.
Adalah gangguan penglihatan dekat karena faktor usia melewati usia 40 tahun.
Perkiraan uk. Lensa baca menurut umur adalah sbb :
+ 100 = 40 th.
+ 150 = 45 th
+ 200 = 50 th
+ 250 = 55 th
+ 300 > 60 th.
Jenis-jenis mata :
• Mata normal (mata emetropi) yaitu memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh tak terhingga.
• Mata rabun jauh (miopi) disebut juga mata terang dekat, memiliki titik dekat kurang dari 25 cm (< 25 cm) dan titik jauhnya pada jarak tak terhingga.
• Mata hypermetripi ( Rabun dekat )
• Mata tua (presbiopi), letak titik dekat maupun titik jauh telah bergeser, titik dekatnya lebih dari 25 cm dan titik jauhnya hanya berada pada jarak tertentu.
• Astigmatisma disebabkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk sferis, tapi lebih melengkung pada satu sisi daripada sisi yang lain, dapat ditolong dengan kaca mata berlensa silindris. Mata campuran ini mengalami presbiopi dan miopi dapat ditolong dengan kaca mata berlensa rangkap atau bifocal (negatif diatas dan positif dibawah)
Peralatan yang digunakan untuk memeriksa cacat mata adalah dengan menggunakan opthalmoskop, retinoskop, keratometer, tonometer dari schiotz, rupilometer dan lensometer.
B.
Konsep
Biomekanika dalam Asuhan Keperawatan
1.
Pengaturan Posisi
·
Pengertian Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk a.tau duduk, di mana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan :
a. Mobilisasi
b. Memberikan perasaan nyaman pada pasien yang sesak napas
c. Memudahkan perawatan misal memberi makan.
Pelaksanaan :
a. Pasien sesak napas
b. Pasien pasca operasi struma, hidung.
Cara:
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk a.tau duduk, di mana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan :
a. Mobilisasi
b. Memberikan perasaan nyaman pada pasien yang sesak napas
c. Memudahkan perawatan misal memberi makan.
Pelaksanaan :
a. Pasien sesak napas
b. Pasien pasca operasi struma, hidung.
Cara:
1. Dudukkan pasien
2. Berikan sandaran pada tempat tidur
pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi semifowler (30-45 derajat) dan
untuk fowler (90 derajat).
3. Anjurkan pasien untuk tetap
berbaring setengah duduk
·
Posisi Sims
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).
Pelaksanaan :
a. Pada pasien dengan pemeriksaan rectal
b. Memberikan huknah, injeksi IM di otot gluteus maximus dll
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).
Pelaksanaan :
a. Pada pasien dengan pemeriksaan rectal
b. Memberikan huknah, injeksi IM di otot gluteus maximus dll
Cara:
1. Pasien dalam keadaan berbaring,
kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri
lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
2. Tangan kiri diatas kcpala atau di
belakang punggung dan tangan kanan di atas tempat tidur.
3. Bila pasien miring ke kanan dengan
posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus, lutut, dan paha kiri
ditekuk diarahkan ke dada.
4. Tangan kanan di atas kepala atau di
belakang punggung dan tangan kiri di atas tempat tidur
·
Posisi Dorsal Recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring tele;ntang dengan kedua lutut ficksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memc;riksa genitalia scrta proses persalinan.
Dilaksanakan pada pasien dengan pemeriksaan ginecology, pemeriksaan genitalia, pelaksanaan perasat pasang kateter, vulva hygiene.
Cara:
Pada posisi ini pasien berbaring tele;ntang dengan kedua lutut ficksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memc;riksa genitalia scrta proses persalinan.
Dilaksanakan pada pasien dengan pemeriksaan ginecology, pemeriksaan genitalia, pelaksanaan perasat pasang kateter, vulva hygiene.
Cara:
1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang,
pakaian bawah di buka.
2. Tekuk lutut, renggangkan paha,
telapak kaki menghadap ke tempat tidur dan renggangkan kedua kaki.
3. Pasang selimut
·
Posisi Litotomi
Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut.
Tujuan :
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan dan memasang alat kontrasepsi
Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut.
Tujuan :
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan dan memasang alat kontrasepsi
·
Posisi Trendelenburg
Posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki.
Posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki.
Tujuan
:
Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
·
Posisi Genu Pectoral
Merupakan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.
Tujuan :
Posisi ini digunakan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid
Merupakan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.
Tujuan :
Posisi ini digunakan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid
·
Posisi Terlentang (supinasi)
Posisi
terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan
bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.
Tujuan :
Tujuan :
a. Untuk
klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b. Untuk
mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.
Peralatan
:
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Footboard
e. Sarung tangan (bila diperlukan)
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Footboard
e. Sarung tangan (bila diperlukan)
·
Posisi Orthopneu
Posisi
orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di
bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.
Tujuan :
Tujuan :
a. Untuk membantu mengatasi masalah
pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang maksimal
b. Membantu klien yang mengalami
masalah ekhalasi
Peralatan
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Footboard
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Footboard
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
·
Posisi Pronasi (telungkup)
Posisi
pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala
menoleh kesamping.
Tujuan :
1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau tenggorokan.
Peralatan :
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan (bila diperlukan)
Tujuan :
1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau tenggorokan.
Peralatan :
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan (bila diperlukan)
·
Posisi Lateral (SIDE LYING)
Posisi
lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian
tubuh dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
a. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
c. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
Peralatan :
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Sarung tangan (bila diperlukan
Tujuan :
a. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
c. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
Peralatan :
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Sarung tangan (bila diperlukan
2.
TRAKSI
Traksi
adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani
kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot.
Tujuan dari traksi adalah untuk
menangani fraktur, dislokasim atau spasme otot dalam usaha memperbaiki
deformitas dan mempercepat penyembuhan.
Prinsip
traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh., tungkai,
pelvis atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah
yang berlawanan disebut dengan countertraksi.
Penggunaan
traksi telah dimulai 3000 tahun yang lalu. Suku Aztec dan mesir menggunakan
traksi manual dan membuat splint dari cabang pohon. Traksi telah menjadi sebuah ketetapan dalam
management ortopedi hingga 1940 ketika fiksasi internal menggunakan nail, pin
dan plate menjadi praktek yang sering. Pengembangan ini berpasangan dengan
kurangnya pembedahan fraktur dengan kebutuhan ekonomi untuk perawatan rumah
sakit yang lebih.
Kita
dapat menggunakan traksi :
(1) untuk mendorong tulang fraktur
kedalam tempat memulai, atau
(2) untuk menjaga mereka immobile
sedang hingga mereka bersatu, atau
(3) untuk melakukan kedua hal
tersebut, satunya ikuti dengan yang lain.
Untuk mengaplikasikan traksi dengan
sempurna, kita harus menemukan jalan untuk mendapatkan tulang pasien yang
fraktur dengan aman, untuk beberapa minggu jika diperlukan. Ada 2 cara
melakukan hal tersebut :
(1) memberi pengikat ke kulit (traksi
kulit).
(2) dapat menggunakan Steinmann pin,
a Denham pin, atau kirschner wir melalui tulangnya (traksi tulang).
Traksi
membutuhkan waktu untuk diaplikan dan diatur, tetapi hal ini dapat dengan mudah
diatur dengan asisten. Traksi kebanyakan berguna pada kaki. Di lengan hal ini
masih kurang nyaman, tidak menyakinkan, sulit untuk dijaga, dan frustasi untuk
pasien. Untuk kesemua alas an ini, traksi lengan hanya digunakan dalam keadaan
pengecualian yang lebih jauh.
Klasifikasi
traksi di dasari pada penahan tububh yang di capai:
1. Traksi Manual, menunjukkan tahanan
dorongan yang diaplikasikan terhadap seseorang dibagian tubuh yang terkena
melalui tangan mereka.Traksi manual digunakan untuk mengurangi fraktur
sederhana sebelum aplikasi plesrer atau selama pembedahan.
2. Traksi Skeletal, menunjukkan tahanan
dorongan yang diaplikasikan langsung ke sekeleton melalui pin, wire, atau baut
dimasukkan dalam tulang. Traksi skeletal digunakan untuk fraktur yang tidak
stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg dibutuhkan
dan fraktur membutuhkan traksi jangka panjang.
3. Traksi kulit, menunjukkan dimana
dorongan tahanan diaplikasikan kepada bagian tubuh yang terkena melalui
jaringan lunak.
3.
Kesegarisan Tubuh
Kesegarisan
tubuh (body alignment) atau postur merupakan istilah yang sama dan
mengacu pada posisi sendi, tendon, ligament, dan otot selama berbaring.
Kesegarisan tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada struktur
muskusloskeletal, mempertahankan tonus (ketegangan) otot secara kuat dan menunjang
keseimbangan.
Dalam
mempertahankan kesegarisan tubuh yang tepat, dan memindahkan klien dengan aman
dari tempat tidur ke kursi atau dari tempat tidur ke brankar.
Adapun faktor yang mempengaruhi
kesegarisan tubuh:
1. Status kesehatan
Perubahan
status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang tidak optimal, terdapat organ
atau bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau kelemahan sehingga dapat
memengaruhi pembentukan postur tubuh.
2. Nutrisi
Nutrisi
merupakan bahan untuk menghasilkan yang digunakan dalam membantu proses
keseimbangan organ, otot, tendon, ligament, dan persendian. Apabila status
nutrisi kurang, kebutuhan enegi pada organ tersebut juga akan berkurang,
sehingga dapat mengganggu proses keseimbangan.
3. Emosi
Emosi
dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga keseimbangan tubuh. Hal
tersebut dapat mempengaruhi proses koordinasi pada otot, ligament, sendi, dan
tulang.
4.
Faktor social
5. Gaya hidup (life
style)
Perilaku
gaya hidup seseorang dapat membuat seseorang menjadi lebih baik atau sebaliknya
menjadi lebih buruk. Seseorang yang mempunyai gaya hidup yang tidak sehat
misalnya selalu menggunakan alat bantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari,
dapat mengalami ketergantungan sehingga postur tubuh tidak berkembang dengan
baik.
6. Perilaku dan
nilai-nilai
Adanya
perubahan perilaku dan ilai seseorang dapat memengaruhi postur tubuh. Sebagai
contoh, perilaku dalam membuang sampah di sembarang tempat dapat mempengaruhi
proses pembentukan postur tubuh orang lain yang berupaya untuk selalu bersih
dari sampah.
4.
Mekanika Tubuh
Mekanika
tubuh (Body Mechanic) adalah usaha untuk mengkordinasi
system musculoskeletal dan saraf, sehingga individu dapat
bergerak,
mengangkat,
membungkuk, berdiri, duduk,
berbaring dan melakukan akvitas sehari-hari
dengan sempurna.
Penggunaan mekanika tubuh yang tepat
dapat mengurangi resiko cedera
System musculoskeletal. Mekanika tubuh juga tepat memfasilitasi
pergerakan
tubuh yang memungkinkan
mobilisasi fisik tanpa terjadi ketegangan otot dan
penggunaan energy otot yang
berlebihan. Hal-hal tersebut mencakup
kesegarisan tubuh (BodyAlignment),
keseimbangan tubuh dan koordinasi
gerakan.
Prinsip Mekanika Tubuh :
Mekanika
tubuh penting bagi perawat dan kliennya.Hal ini mempengaruhi tingkat kesehatan
mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung tingkat kesehatan
dan mencegah kecacatan serta untuk menjaga keselamatan klien. Disamping itu,
mekanika tubuh juga bertujuan untuk menghibur pasien yaitu dengan meningkatkan
kenyamanan dan kerjasama. Dalam hal ini, perawat menggunakan berbagai kelompok
otot untuk setiap aktivitas keperawatan, memberikan obat, mengangkat, dan
memindahkan klien dan menggerakan objek.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat disimpulkan
bahwa aplikasi biomekanika sangat penting untuk diterapkan dalam dunia
keperawatan, diantaranya alat-alat biomekanika, mekanika tubuh, traksi,
pengaturan posisi, dan kegarisan tubuh. Dimana seorang perawat harus mengetahui
penerapannya
B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk lebih
menyempurnakan makalah ini, agar makalah ini dapat lebih sempurna dan menjadi
pedoman untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment