• Breaking News

    Wednesday, 13 May 2015

    Makalah penyakit diare



    PENDAHULUAN
     Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Padahal berbagai upayapenanganan, baik secara medik maupun upaya perubahan tingkah laku dengan melakukanpendidikan kesehatan terus dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut belum memberikan hasilyang menggembirakan.
    Diare menyerang siapa saja tanpa kenal usia. Diare yang disertai gejala buang air terus-menerus, muntah dan kejang perut kerap dianggap bisa sembuh dengan sendirinya, tanpaperlu pertolongan medis. Memang diare jarang sekali yang berakibat kematian, tapi bukanberarti bisa dianggap remeh. Penyakit yang juga populer dengan nama muntah berak aliasmuntaber ini bisa dikatakan sebagai penyakit endemis di Indonesia, artinya terjadi secaraterus-menerus di semua daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan, khususnya di daerah-daerah miskin. Di kawasan miskin tersebut umumnya penyakit diare dipahami bukan sebagaipenyakit klinis, sehingga cara penyembuhannya tidak melalui pengobatan medik (Sunoto,1987). Kesenjangan pemahaman semacam ini merupakan salah satu penyebab penting yangberakibat pada lambatnya penurunan angka kematian akibat diare (Surya Candra et al, 1990).Kesenjangan pemahaman akan keadaan tubuh, dikarenakan bahwa masyarakatmengembangkan pengertian sendiri tentang sehat dan sakit sesuai dengan pengalamanhidupnya atau nilai-nilai yang diturunkan oleh generasi sebelumnya (Wolinsky, 1988).Artinya, masyarakat lapisan bawah seringkali mendefinisikan dirinya sakit tergantung padapersepsi dirinya akan penyakit tersebut. Mungkin, mereka mempersepsikan bahwa diare  merupakan penyakit yang serius bila penyakit tersebut telah mengganggu aktivitasnya dalammengerjakan pekerjaan pokoknya.
    upaya pencegahan penyakit ini bersumber pada seluruh aktivitas manusia yang berkaitandengan upaya preventif (Aswitha Budiarso, 1987)


    BAB 2
    PEMBAHASAN
    A.    PENGERTIAN
    Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris = diarrhea) adalah Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensidari tinja , yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih daribiasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari). Di negara berkembang, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya.

    B.   JENIS- JENIS DIARE
    1.      Diare akut
     merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotavirus yangditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinyabiasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare rotavirusini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diareakut pada anak
    2.      Diare bermasalah
    merupakan diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit,intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal- oral, kontak dari orang keorang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. diare ini umumnya diawali oleh diare cairkemudian pada hari kedua atau ketiga bar muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakitperut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badanterasa lemah.
    3.      Diare persisten
     merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesisdiare persisten adalah kerusakan mukosa usus. penyebab diare persisten sama dengan diareakut.(Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare edisi ke 3 depkes RI Direktorat JenderalPPM& PL tahun 2007)
    C.    PENULARAN
    Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :
    ·      Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari olehserangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor· Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukantangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udarasampai beberapa hari
    ·      Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar· Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih
    ·      Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkantinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.

    D.   PENYEBAB
    Faktor pencetus diareTangan yang kotorMakanan dan minuman yang terkontaminasi virus dan bakteriDitularkan oleh binatang peliharaanKontak langsung dengan feses atau material yang menyebabkan diare ( cara membersihkandiri yang tidak benar setelah ke luar dari toilet)
    Diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan atau dari menu makanan. Faktor lingkungandapat menyebabkan anak terinfeksi bakteri atau virus penyebab diare. Makanan yang tidakcocok atau belum dapat dicerna dan diterima dengan baik oleh anak dan keracunan makananjuga dapat menyebabkan diare.Kadang kala sulit untuk mengetahui penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh infeksipada perut atau usus. Peradangan atau infeksi usus oleh agen penyebab :  Bakteri , virus, parasit ( jamur, cacing , protozoa)Virus (penyebab diare tersering – dan umumnya karena Rotavirus)

    Penyebab diare pada orang dewasa berbeda dengan pada anak-anak. Kalau pada anak-anak disebabkan virus, sedangkan kalau orang dewasa disebabkan bakteri, karena memang salah makan, gangguan pencernaan malabsorpsi, pengaruh obat-obatan (pencahar) dan faktor stres.
    Diare pada dewasa disebabkan makanan dan minuman yang tercemar kuman, seperti Eschericia coli (patogen), Salmonella sp, Shigella, virus, parasit seperti amuba, beberapa jamur seperti Candida sp.

    Penyebab diare bisa bermacam-macam. Berikut adalah penyebab diare menurut Ngastiyah (1997) yaitu :
    1. Faktor infeksi.
    2. Faktor malabsorbsi. Malabosorbsi ini pada zat yang mengandung karbohidrat, lemak dan protein.
    3. Faktor makanan. Faktor makanan ini yang seringkali bisa menyebabkan terjadinya diare. Diantaranya yaitu akibat dari makanan basi, beracun, terlalu banyak lemak, sayuran dimasak kurang matang.
    4. Faktor psikologis. Psikologis ini ternyata juga berpengaruh kepada angka kejadian dari diare. Diantara faktor psikologis yang mempengaruhi terjadinya diare adalah rasa takut, cemas
    Faktor infeksi penyebab diare terbagi menjadi dua yaitu Infeksi enteral dan infeksi parenteral.
    1. Infeksi enteral. Infeksi enteral penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
    2. Infeksi parenteral. Infeksi parenteral ini dalah infeksi yang terjadi diluar alat pencernaan makanan seperti halnya otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
    Penyebab diare akut bila dilihat dari segi patofisiologi diare menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998) terbagi menjadi :
    1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), Hal ini disebabkan oleh :
    • Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
    • Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
    2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea). Hal ini disebabkan oleh :
    • Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
    • Kurang kalori protein.
    • Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
    E.     PATOFISIOLOGI
    Penyebab diare yang utama adalah gangguan osmotik, akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh usus akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Diare juga terjadi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan kemudian diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

    Diare dapat juga terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

    Gangguan motalitas usus juga mengakibatkan diare, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Demikian patofisiologi diare dan terjadinya diare.

    F.     TANDA GEJALA DIARE.
    Berikut beberapa
    tanda gejala diare yaitu :
    1. Seringkali air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
    2. Gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
    3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
    4. Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
    5. Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
    6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas hingga menyebabkan kesadaran menurun. Ini adalah tanda diare yang telah kronis.
    7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
    G.    DIAGNOSIS
    Gejala klinis
    Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan tenesmus yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian. Hal ini dikarenakan terdapat hubungan perkembangan metabolisme cairan dan elektrolit sistem gastrointestinal yang memiliki variasi usia. Pada bayi mukosa usus cenderung lebih permeabel terhadap air. Sehingga pada bayi dampak dari peningkatan osmolalitas lumen karena proses diare menghasilkan kehilangan cairan dan elektrolit yang lebih besar daripada anak yang lebih tua atau orang dewasa dengan proses yang sama. 9
    Disentri Amuba Carrier (Cyst Passer) tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan karena amuba yang berada dalam lumen usus besar tidak mengadakan invasi ke dinding usus. Timbulnya penyakit (onset penyakit) perlahan-lahan. Penderita biasanya mengeluh perut kembung, kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang (tenesmus). Dapat timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk. Kadang juga tinja bercampur darah dan lendir. Terdapat sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid, jarang nyeri di daerah epigastrium. Keadaan tersebut bergantung pada lokasi ulkusnya. Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau sedikit demam ringan (subfebris). Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri tekan. 5
    Laboratorium
    Dalam tinja pasien dapat ditemukan bentuk trofozoit yang masih bergerak aktif seperti keong dengan menggunakan pseudopodinya yang seperti kaca. Jika tinja berdarah, akan tampak amoeba dengan eritrosit di dalamnya. Bentik inti akan nampak jelas bila dibuat sediaan dengan larutan eosin. Temuan adanya trofozoit sebagai diagnosis pasti amubiasis, temuan adanya kista amuba beum cukup untuk mendiagnosis amuba. 2
    Kista amubiasis berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara. Di dalamnya terdapat badan-badan kromatoid yang berbentuk batang dengan ujung tumpul, sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat melihat intinya, dapat digunakan larutan lugol. Akan tetapi dengan larutan lugol ini badan-badan kromatoid tidak tampak. Bila jumlah kista sedikit, dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan metode konsentrasi dengan larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan seng sulfat kista akan terapung di permukaan sedangkan dengan larutan eterformalin kista akan mengendap. 2
    Gbr. 6 Pemeriksaan mikroskopis kista dan trofozoit amuba (perbesaran 1000x). E dan F Kista amuba dalam pengecatan salin, G. Kista amuba dengan pengecatan Iodine. H. Trofozoit amuba yang menelan eritrosit dengan pengecatan salin. I. Trofozoit dengan pengecatan trichrome 8


    H.    KOMPLIKASI

    1. Hipokalemi. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian oralit atau makanan kaya kalium seperti pisang, air kelapa dan sayuran berdaun hijau.
    2. Demam tinggi. Jika anak demam tinggi (≥ 39 ° C atau ≥ 102,2 ° F) yang akan menyebabkan kesulitan, berikan parasetamol.
    3. Prolaps rektum. Sedikit tekan kembali prolaps rektum menggunakan sarung tangan bedah atau kain basah. Atau, siapkan cairan yang hangat dari magnesium sulfat dan kompres dengan larutan ini untuk mengurangi prolaps dengan mengurangi edema tersebut.
    4. Kejang. Jika berlangsung lama atau berulang, maka berikan antikonvulsi dengan daizepam intravena atau diazepam rektal.
    5. Sindrom hemolitik-uremik. Bila pemeriksaan laboratorium tidak dapat dilakukan, maka pikirkan kemungkinan sindrom hemolitik-uremik (HUS) pada pasien dengan mudah memar, pucat, kesadaran menurun atau tidak ada output urin.

    I.       PENATALAKSANAAN
    a.      Penanggulangan diare
    Penderita diare sebaiknya segera meminum oralit yang merupakan campuran dari gula dan garam untuk menjaga cairan tubuh.


    Beberapa cara penggulangan diare antara lain:
    1.      Jaga hidrasi dengan elektrolit yang seimbang. Ini merupakan cara paling sesuai di kebanyakan kasus diare, bahkan disentri. Mengkonsumsi sejumlah besar air yang tidak diseimbangi dengan elektrolit yang dapat dimakan dapat mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit yang berbahaya dan dalam beberapa kasus yang langka dapat berakibat fatal (keracunan air).
    2.      Mencoba makan lebih sering tapi dengan porsi yang lebih sedikit, frekuensi teratur, dan jangan makan atau minum terlalu cepat.
    3.      Cairan intravenous: kadangkala, terutama pada anak-anak, dehidrasi dapat mengancam jiwa dan cairan intravenous mungkin dibutuhkan.
    4.      Terapi rehidrasi oral: Meminum solusi gula/garam, yang dapat diserap oleh tubuh.
    5.      Menjaga kebersihan dan isolasi: Kebersihan tubuh merupakan faktor utama dalam membatasi penyebaran penyakit.
    b.      Pencegahan
    Sebuah vaksin rotavirus memiliki potensi untuk mengurangi jumlah penderita diare]. Saat ini ada dua vaksin berlisensi untuk menghadapi rotavirus. Vaksin rotavirus yang lainnya seperti, Shigella, ETEC, dan Cholera sedang dikembangkan, vaksin ini juga berfungsi untuk mencegah penularan diare.
    Karena tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering melakukan kontak langsung dengan benda lain, maka sebelum makan disarankan untuk mencuci tangan dengan sabun. Sebuah hasil studi Cochrane menemukan bahwa dalam gerakan-gerakan sosial yang dilakukan lembaga dan masyarakat untuk membiasakan mencuci tangan menyebabkan penurunan tingkat kejadian yang signifikan pada diare. Oleh karena itu, biasakan mencuci tangan sebelum makan dengan sabun. Lakukan hal yang sama setelah selesai buang air besar. Usahakan meminum air yang sudah direbus hingga mendidih agar semua bakteri penyakit tidak masuk ke dalam tubuh. Segera bersihkan tempat tinggal dari sisa sampah jika terjadi bencana alam. Segera buang tumpukan sampah agar tidak menggunung dan jadi sarang penyakit.
    c.       Pengobatan
    Pengobatan Terhadap Penyakit Diare Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara mencegahtimbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Cairan rehidrasi oralyang dipakai oleh masyarakat adalah air kelapa, air tajin, ASI, air teh encer, sup wortel, airperasan buah, dan larutan gula garam (LGG). pemakaian cairan ini lebih dititik beratkanpada pencegahan timbulnya dehidrasi, sedangkan bila terjadi dehidrasi sedang atau beratsebaiknya diberi minum oralit.Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk mencegahdan mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi dengan elektrolit, sehingga dapatmenggantikan elektrolityang ikut hilang bersama cairan

    d.      Pengobatan Diare Tradisional
    ·         Akar Bunga Teratai Obat Diare
    Cara pengobatan: Sediakan 50 gram rimpang teratai dan 10 gram jahe. Kemudian dicuci bersih lalu diparut dan diambil airnya. Minum ramuan tersebut tiga kali sehari setiap pagi, siang dan sore.
    ·         Bunga Teratai untuk Obat Disentri
    Cara pengobatan: Ambil 50 gram rimpang teratai dan 10 gram jahe, kemudian diparut atau dijuice. Tambahkan 100 cc air lalu direbus sampai mendidih. Setelah dingin tambahkan 1 sendok makan madu dan diminum sekaligus.

    J.    PENATALAKSANAAN
    Prinsip tatalaksana diare adalah :
    a.                  Mengatasi dehidrasi.\
     Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan terapi oral dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup.
    b.                  Pemberian nutrisi.
     Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
    c.                   Pemberian Zink.
     Pemberian Zink selama 10 hari untuk anak dibawah usia 6 bulan 10 mg dan di atas 6 bulan 20 mg sekali sehari terbukti dapat memperbaiki kerusakan vili usus pada diare sehingga mempercepat penyembuhan diare, mengurangi frekuensi diare dan mencegah terjadinya diare berikutnya.
    d.                  Memberi edukasi pada orang tua.
     Memberi peringatan pada oran tua mengenai cara pemberian cairan pengganti diare, mengenali tanda tanda dehidrasi berat dan untuk tetap meneruskan makan dan minum selama anak diare. Bila anak masih mendapat ASI, tetap dilanjutkan
    e.                   Pemberian antibiotik.
    Apabila ditemukan penderita diare infeksi, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi. Tidak ada obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti feses lendir dan berdarah, leukosit pada feses, kolera dan pasien imunokompromis. Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.
    Anak gizi buruk dengan disentri, serta anak dibawah usia 2 bulan dengan disentri harus dimondokkan di rumah sakit. Sebagai tambahan anak yang kelihatan sangat sakit atau toksik, letargis, perut kembung dan tegang serta kejang beresiko tinggi untuk mengalami sepsis sehingga harus dimondokkan di rumah sakit juga. Selain dari kelompok ini dapat dilakukan rawat jalan pada anak di rumah dengan pemberian obat : 9
    1. Antibiotik selama 5 hari. Antibiotik pilihan adalah yang masih sensitif dengan Shigella di daerah tersebut. Sebagai contoh adalah ciprofloxacin, pivmecillinam, atau fluoroquinolones lain. Catatan : metronidazole, streptomisin, tetrasiklin, kloramfenicol, sulfonamid, nitrofuran (cth : nitrofurantoin, furazolidone), aminoglikosida (cth : gentamisin, kanamisin), cephalosporins generasi pertama dan kedua (cth : cephaleksin, cefamandole), dan amoksisilin tidak efektif untuk Shigella. Kotrimoxazole dan ampisilin sekarang sudah tidak efektif lagi oleh karena telah terjadi resistensi di hampir seluruh dunia.
    2. Evaluasi gejala klinis setelah pemberian antibiotik selama dua hari, bila tidak ada perbaikan, hentikan pemberian antibiotik pertama dan beri antibiotik lini kedua yang masih sensitif untuk Shigella di daerah tersebut. Bila antibitik lini kedua masih tidak memberi perbaikan klinis setelah dua hari maka pikirkan kemungkinan diagnosis lain, rawat inap anak bila terdapat indikasi klinis atau tatalaksana sebagai disentri amuba dan beri Metronidazole (50 mg/kgBB/hari, 3 kali perhari) selama 5 hari.
    3. Lakukan kultur feses dan sensitivitas antibiotik bila memungkinkan.
    4. Anak usia dibawah dua bulan dengan diare lendir darah, pikirkan kemungkinan intususepsi dan rujuk ke dokter bedah bila perlu. Bila tidak, maka beri antibiotik Ceftriaxon IV/IM 100 mg/kg/hari, single dose selama 5 hari.
    5. Anak gizi buruk dengan diare disentri, pertama ditatalaksana sebagai disentri Shigella bila tidak membaik ditatalaksana sebagai disentri amuba. Tetapi bila fasilitas kesehatan tersedia pemeriksaan mikroskopis tinja maka lakukan pemeriksaan trofozoit pada tinja

















    REFERENSI
    3.      ^ The Treatment Of Diarrhea, A manual for physicians and other senior health workers, World Health Organization, 2005. See esp. section "4.2 Treatment Plan A: home therapy to prevent dehydration and malnutrition" on pages 8 - 11 (12-15 in PDF).
    4.      ^ Community Health Worker Training Materials for Cholera Prevention and Control, CDC, slides at back are dated 11/17/2010. Page 7 states " . . . Continue to breastfeed your baby if the baby has watery diarrhea, even when traveling to get treatment. Adults and older children should continue to eat frequently."
    5.      ^ Ejemot RI, Ehiri JE, Meremikwu MM, Critchley JA (2008). "Hand washing for preventing diarrhoea". In Ejemot, Regina I. Cochrane Database Syst Rev (1): CD004265. doi:10.1002/14651858.CD004265.pub2. PMID 18254044.
    2.      1. DeWitt G.T, Acute Infectious Bloody Diarrhea. Pediatr. Rev. 1992;13;97-119
    3.      2. Jones ACC, Farthing MJG. Management of infectious diarrhoea. Gut 2004; 53:296-305.
    4.      3. Diniz-Santos R.D., Santana, Epidemiological and Microbiological Aspects of Acute Bacterial Diarrhea in Children from Salvador, Bahia, Brazil, The Brazilian Journal of Infectious Diseases 2005;9(1):77-83
    5.      4. Yost J. Amebiasis. Pediatr. Rev 2002;23;293
    6.      5. DeWitt G.T, Acute Diarrhea in Children. Pediatr. Rev 1989;11;6-12
    7.      6. Haque R, Huston, C.D, et al, Amebiasis, N Engl J Med 2003; 348;16
    8.      7. Sudhakar P., Subramani P, REVIEW: Mechanisms of Bacterial Pathogenesis and Targets for Vaccine Design, Journal of Young Investigation, 2005;20;2;1
    9.      8. Northrup S.R., Flanigan P.T., Gastroenteritis. Pediatr. Rev 1994;15;461-471
    10.  9. Pocket book of hospital care for children: guidelines for the management of common illnesses with limited resources. WHO Guidelines, 2005
    11.  10. DeWitt G.T., Humphrey FK., McCarthy P, Clinical Predictors of Acute Bacterial Diarrhea in Young Children, Pediatrics, 1985;76;551-556
    12.  11. R.H. PC, David KV, John SM, Sankarapandian V, Antibiotic for Shigella disentery (Review), Cochrane Review 2009; CD006784. DOI: 10.1002
    13.  12. Traa SB, Walker Fischer CL, Munos M, Black ER, Antibiotics for the treatment of dysentery in children. International Journal of Epidemiology 2010;39:i70–i74

    No comments:

    Post a Comment

    SD

    SMP

    SMA